ASAL USUL DAN PROSES PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
Dibuat
untuk memenuhi tugas Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Dosen
Pengampu: Aah Syafa’ah, M.Ag

Disusun
oleh:
Ayu
Maesyaroh (1608301001)
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB
DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
merupakan Negara yang memiliki wilayah yang luas dan strategis. Selain itu juga
memiliki kekayaan alam maupun budaya yang banyak. Banyaknya budaya di Indonesia
tidak lepas dari pengaruh budaya asing yang sejak zaman dahulu telah menyebarkan
budaya yang dibawanya saat melakukan kegiatan perdagangan dengan Indonesia atau
Negara lainnya. Bukan hanya budaya, agama dan kepercayaan di Indonesia pun
hasil dari pengaruh para pedagang luar. Karena posisi Indonesia yang strategis
tersebutlah memudahkan Indonesia mendapat pengaruh-pengaruh dari luar.
Sebagian besar mengatakan bahwa para
pedagang arab yang menyiarkan agama Islam ke Indonesia. Tidak hanya itu, ada
pula yang menjelaskan bahwa penyiar yang hanya berdakwah dan menyebarkan agama
Islam di tengah-tengah penduduk. L. Van Rick Vorsel dalam bukunya yang
diterjemahkan kedalam bahasa Melayu dengan nama Riwayat kepulauan Hindia Timur menyebutkan keterangan yang
menunjukan bahwa orang-orang Arab pertama kali datang ke Sumatera 750 tahun
sebelum kedatangan orang-orang Belanda. Ia mengatakan:
“ Telah datang
pula ke negri ini orang-orang dari Arab. Mereka menamakan negri ini Lamiri
tahun 846-950 M (239-322 H ). Para pedagang Muslim telah menyebarkan Islam di
sana pada tahun 1292 M. Diduga pada saat itu agama Islam telah sampai ke
Kerajaan Samudra Pasai.”[1]
L.W.C Van den Berg dalam bukunya Le Hadramaut ed lest arabs en Indie mengatakan
:
“ pengaruh yang
nyata dalam penyiaran agama Islam adalah dari para Sayid Syarif. Dengan
perantaraan mereka, Agama Islam tersebar diantara raja raja Hindu di Jawa dan
lain lainnya. Selain dari mereka ini, ada juga suku suku Arab Hadramaut lainnya
tetapi mereka tidak memiliki pengaruh (hasil) seperti tersebut. “[2]
Agama Islam yang berkembang di Indonesia
diyakini berasal dari Timur Tengah atau wilayah Arab lainnya, atau dalam hal
ini berasal dari wilayah Hadramaut di Yaman. Karena pedagang-pedagang dari
wilayah tersebut yang secara langsung terlibat dalam penyebaran Islam di
Indonesia. Para pedagang-pedagang tersebut menyebarkan agama Islam di Indonesia
melalui jalur laut yang biasa dilakukan sejak zaman dahulu, yaitu dari Timur
Tengah, India, dan kemudian Sumatra (Indonesia). Meskipun tahun kedatangan
Islam di Indonesia tidak bisa dibuktikan secara pasti, namun adanya bukti-bukti
peninggalan Islam seperti makam seorang tokoh Islam, telah mendukung bahwa
Islam sudah masuk ke Indonesia sejak lama.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Asal-Usul
Agama Islam di Indonesia?
2.
Bagaimana Proses
Penyebaran Islam Hingga Dapat Masuk ke Indonesia?
1.3 Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui Asal-Usul Agama Islam di Indonesia
2.
Untuk
mengetahui Proses Penyebaran Islam Hingga Dapat Masuk ke Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Islam telah masuk ke Nusantara sejak abad
ke 7 M, namun baru berkembang pesat sekitar abad ke 13 M. Bangsa Arab, Persia
dan Gujarat memainkan peran yang besar. Penyebarannya berjalan secara bertahap
dan melalui beberapa saluran, seperti perdagangan, pendidikan, perkawinan,
dakwah, ajaran tasawuf, dan kesenian.[3]
Islam yang menyebar di Indonesia merupakan pengaruh Islam dari Timur Tengah dan
Negara Arab lainnya. Dalam hal ini yaitu wilayah Hadramaut di Yaman.
Islam yang menyebar di Indonesia diyakini
berasal dari Timur Tengah atau Negara Arab lainnya (berasal dari wilayah
Hadramaut di Yaman). Jalur yang mereka lakukan hampir sama dengan jalur perdagangan
yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu (Hindu-Budha). Karena perjalanan yang
mereka lakukan melalui jalur laut, maka mereka berhenti sejenak dibeberapa
wilayah seperti India. Meskipun mayoritas penduduk India beragama Hindu, namun ada
satu tempat disana yang mayoritas penduduknya beragama Islam, yaitu Gujarat,
selain itu juga tidak dapat dipungkiri Islam yang ada di Indonesia telah
mendapat pengaruh dari budaya India. Karena pedagang dari Timur Tengah berhenti
terlebih dahulu di India sebelum akhirnya melanjutkan kembali perjalanannya.
2.1 Asal-Usul
Agama Islam di Indonesia
Islam yang
menyebar di Indonesia diyakini dibawa oleh pedagang-pedagang dari Timur Tengah
seperti Mekkah, Hadramaut di Yaman, Persia (Iran) dan lain sebagainya. Pada
awal mula kedatangan orang-orang Arab dari wilayah Timur Tengah tersebut ke
Indonesia, mereka tinggal di perkampungan-perkampungan Arab yang mereka buat di
Indonesia. Kedatangan mereka hampir bersamaan dengan kedatangan bangsa India
dan Cina. Tujuan utama mereka bukan hanya untuk berdagang, melainkan untuk
menyebarkan ajaran Islam ke tempat-tempat baru yang mereka datangi.
Setelah kepemimpinan khalifah Usman bin Affan berakhir, maka
digantilah dengan kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib, namun pada masa itu
mulai muncul perpecahan dikalangan umat Islam. Karena masalah itu pula lah
banyak umat Islam yang hijrah, hijrah itu dilakukan ke daerah Hadramaut di
Yaman. Dari situ lah muncul kabilah-kabilah besar di Hadramaut. Bangsa Arab
yang berasal dari Hadramaut inilah yang dipercaya sebagai asal mula orang Arab
yang menetap dan menyebar di Indonesia dan Negara-negara Asia lainnya. Selain
itu juga keturunan Arab yang berasal dari wilayah lainnya seperti Mesir, Arab
Saudi, dan Maroko namun jumahnya tidak sebanyak yang berasal dari Hadramaut.
Kaum Arab Hadrami yang datang ke Nusantara sebelum abad ke-18 telah
berasimilasi penuh dengan penduduk lokal. Sebagai produk asimilasinya, banyak
anak keturunannya yang menggunakan nama-nama lokal daripada nama-nama Arab. Hal
tersebut yang menyebabkan Kaum Arab Hadrami yang berimigrasi ke Nusantara
sebelum abad ke-18 sulit diidentifikasi, kecuali mereka yang memang memiliki
hubungan historis dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Sebagai contoh
asimilasi antara Kaum Arab Hadrami dengan Pribumi-Nusantara adalah pernikahan antara Syarif Abdullah
Umdatuddin Azmatkhan
(Raja Champa 1471-1478) dengan Rara Santang
(puteri Prabu Siliwangi) yang kemudian berputera Syarif Hidayatullah, dan menghasilkan anak keturunan dari Raja-raja Banten di ujung barat Pulau Jawa, umumnya mereka dapat diidentifikasi dengan gelar
kebangsawanannya seperti Tubagus atau Ratu. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia. Dikutip pada hari Senin, tanggal 9
Oktober 2017, jam 15.40 WIB).
Saat ini diperkirakan jumlah
keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan
jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri
hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang ada di Hadramaut
sendiri sudah punah (seperti Basyeiban dan
Haneman), namun di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak. Perkampungan Arab
banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, misalnya di Jakarta
(Pekojan), Bogor
(Empang), Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya
(Ampel), Gresik
(Gapura), Malang
(Jagalan), Cirebon
(Kauman), Tegal
(Kauman), Pekalongan (Sugihwaras), Mojokerto (Kauman),
Yogyakarta (Kauman), Probolinggo
(Diponegoro), Bondowoso, Palembang
(Kampung Arab) dan Banjarmasin (Kampung Arab), serta masih banyak lagi yang
tersebar di kota-kota lainnya seperti Banda
Aceh, Sigli, Medan, Lampung, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram,
Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, Kupang, dan Papua. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia. Dikutip pada hari Senin, tanggal 9 Oktober
2017, jam 15.45 WIB).
2.2 Proses
Penyebaran Islam Hingga Dapat Masuk ke Indonesia
Di Aceh banyak sekali terdapat
keturunan-keturunan Arab Hadramaut yang kemudian menjadi pemimpin-pemimpin
kecil. Dalam sejarah negeri ini kita tidak mendapatkan seorang yang lebih
ternama dan besar pribadinya dari sayid Abdurrahman bin Muhammad Az-Zahir
sebelum pemberontakan melawan Belanda yang muncul di Aceh. Di kota ni terdapat
empat orang Arab Sayid kelahiran Hadramaut, yang menjadi kepala kepala para
orang Hindia yaitu dari keluaraga Shahabuddin, Basyaiban, al-Aydrus, dan
al-Qadri, yang merupakan keturunan dari Alwi bin al-Muhajir Ahmad bin Isa
(kepala kota Madinah) bin Muhammad (kepala kota Madinah) bin Ali al-Uraidhi,
sampai akhir nasabnya yang telah diknal.[4]
Kedatangan bangsa
Arab yang berasal dari Hadramaut (di Yaman) ke Indonesia diperkirakan terjadi
dalam 3 gelombang:
1). Pada Abad ke 9-11 M
Proses masuknya Islam
sekitar abad ke 9-11 M ini melalui proes pernikahan salah satu kerajaan Islam
di Indonesia dengan keturunan Rasulullah. Catatan sejarah tertua adalah
berdirinya Kerajaan Peureulak di Aceh Timur pada tanggal 1 Muharram 225 H (840 M). Hanya 2 abad setelah
Rasulullah wafat, salah seorang keturunannya yaitu Sayyid Ali bin Muhammad
Dibaj bin Ja'far Shadiq hijrah ke Negeri Perlak. Ia kemudian menikah dengan
Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi dari Negeri tersebut. Dari pernikahan
ini lahirlah Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah sebagai Raja pertama Kerajaan Peureulak (840 – 864). Catatan
sejarah ini resmi dimiliki Majelis Ulama Kabupaten Aceh Timur dan dikuatkan
dalam seminar sebagai makalah 'Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh'
10 Juli 1978 oleh (Alm.) Prof. Ali
Hasyimi. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia. Dikutip
pada hari Senin, tanggal 9
Oktober 2017, jam 15.50 WIB). Melaui proses
pernikahan tersebut, Islam mulai menyebar luas dikalangan masyarakat Indonesia
khususnya wilayah Aceh.
2). Pada Abad ke 12-15 M
Hampir
sama dengan abad ke 9-11 M, Islam yang datang ke Indonesia disebarkan melalui
jalur pernikahan. Namun bukan hanya pernikahan saja, karena tujuan utama mereka
datang ke Indonesia adalah ingin berdakwah atau menyebarkan ajaran Islam ke
penduduk Indonesia. Masa ini disebut juga masa kedatangan para datuk dari Walisongo, yang mempeloporinya adalah keluarga besar Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini dari Gujarat
(India) dan
masih keturunan Syekh Muhammad Shahib Mirbath dari Hadramaut di Yaman. Ia besama putra-putranya berdakwah jauh ke
seluruh pelosok Asia Tenggara hingga Indonesia dengan strategi utama
menyebarluaskan Islam melalui pernikahan dengan penduduk setempat yang utamanya
dari kalangan bangsawan Kerajaan Hindu.
3). Pada Abad ke 17-19 M
Abad
ini disebut juga sebagai gelombang terakhir penyebaran Islam dari Hadramaut di
Yaman. Ciriya ditandai dengan hijrahnya para Alawiyyin Hadramaut yang
menyebarkan Islam sambil berdagang di Indonesia. Kaum pendatang terakhir tidak
banyak melakukan perkawinan campuran dengan penduduk pribumi sehingga perbedaan
ciri fisik mereka bisa dilihat dengan jelas. Selain itu juga ciri yang dapat
dilihat adalah melalui marganya.
Dalam
catatan sejarah Hadramaut, marga tertua adalah as-Saqqaf (Assegaf) yang
menjadi gelar bagi Syekh Abdurrahman bin Muhammad al-Mauladdawilah setelah ia
wafat pada 731 H atau abad 14 - 15 M. Biasanya nama marga tersebut diambil dari gelar
seorang ulama setempat yang sangat dihormati. Bahkan menurut catatan Rabithah
Alawiyah, setidaknya ada sekitar 1,2 juta orang Arab-Indonesia
yang ‘berhak’ menyandang sebutan Habib. Mereka memiliki nenek moyang yang berasal
dari Yaman, khususnya Hadramaut. Habib di
kalangan Arab-Indonesia adalah gelar bangsawan Timur Tengah yang
secara khusus dinisbatkan terhadap keturunan Nabi
Muhammad SAW melalui Fatimah
az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia. Dikutip pada hari Senin, tanggal 9 Oktober
2017, jam 15.55 WIB).
Mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888 M
Pada
tahun 1870 Terusan Suez mulai dibuka, sehingga kapal dari Eropa ke Timur termasuk Hindia
Belanda bisa langsung melalui Suez. Kemudian pelabuhan
Tanjung Priok, Jakarta Utara mulai
dibangun tahun 1877 secara modern. Selanjutnya Koninklijke Paketvaart Maatschappij, sebuah
perusahaan pelayaran Belanda dioperasikan tahun 1888 dengan rute Eropa - Hindia
Belanda, sehingga memungkinkan orang-orang Marga Arab Hadramaut atau Arab Mesir datang ke Hindia Belanda, dan berangsur-angsur
mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888 terjadi migrasi orang Arab dan Mesir
ke Hindia Belanda. Mereka tidak membawa keluarga, karena sesuai tradisi Arab,
bahwa wanita tidak boleh bepergian apalagi sejauh ke Hindia Belanda naik kapal
berhari-hari. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia. Dikutip pada hari Senin, tanggal 9 Oktober
2017, jam 15.55 WIB).
BAB III
PENUTUP
Islam telah masuk ke Nusantara sejak abad
ke 7 M, namun baru berkembang pesat sekitar abad ke 13 M. Bangsa Arab, Persia
dan Gujarat memainkan peran yang besar. Penyebarannya berjalan secara bertahap
dan melalui beberapa saluran, seperti perdagangan, pendidikan, perkawinan,
dakwah, ajaran tasawuf, dan kesenian. Islam yang menyebar di Indonesia
merupakan pengaruh Islam dari Timur Tengah dan Negara Arab lainnya. Dalam hal
ini yaitu wilayah Hadramaut di Yaman.
Islam yang
menyebar di Indonesia diyakini dibawa oleh pedagang-pedagang dari Timur Tengah
seperti Mekkah, Hadramaut di Yaman, Persia (Iran) dan lain sebagainya. Pada
awal mula kedatangan orang-orang Arab dari wilayah Timur Tengah tersebut ke
Indonesia, mereka tinggal di perkampungan-perkampungan Arab yang mereka buat di
Indonesia. Kedatangan mereka hampir bersamaan dengan kedatangan bangsa India
dan Cina. Tujuan utama mereka bukan hanya untuk berdagang, melainkan untuk
menyebarkan ajaran Islam ke tempat-tempat baru yang mereka datangi.
Proses masuknya
Islam yang dibawa bangsa Arab dari wilayah Hadramaut di Yaman awal mulanya
berasal dari perkawinan campuran, namun semakin lama proses penyebarannya bukan
hanya dari perkawinan, melainkan sengaja untuk berdakwa ke wilayah Indonesia.
Selama di Indonesia mereka berdagang dan mengajarkan agama Islam kepada
penduduk pribumi. Sehingga ciri asli bangsa Arab Hadramaut lebih terlihat
dibanding zaman dahulu, karena mereka tidak melakukan perkawinan campuran.
[1]
Al-Habib Alwi bin Thahir al-Haddad., Sejarah
Masuknya Islam di Timur Jauh ., (Jakarta :PT Lentera Basritama )., hlm 210.
[2]
Al-Habib Alwi bin Thahir al-Haddad., Sejarah
Masuknya Islam di Timur Jauh ., (Jakarta :PT Lentera Basritama )., hlm 210.
[3]
Ratna
H, M Adil. Sejarah Indonesia Jilid 1. (Jakarta: Erlangga, 2012), hal 252
[4]
Al-Habib Alwi bin Thahir al-Haddad., Sejarah
Masuknya Islam di Timur Jauh ., (Jakarta :PT Lentera Basritama )., hlm 208.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar