Selasa, 02 Januari 2018

Sejarah Masuknya Islam di Eropa




PENGARUH PERADABAN ISLAM DI EROPA
Dibuat untuk memenuhi tugas Sejarah Dunia Kuno
Dosen Pengampu: Tendi, S.pd., M.Hum



Disusun oleh:
Ayu Maesyaroh (1608301001)

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2017/2018



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam realitas politik, Islam telah memunculkan etnis-etnis lain seperti, Persia, Turki, Mongolia, India, Melayu bahkan Barbar untuk silih berganti tampil dalam panggung Sejarah di Wilayahnya masing-masing. F.w. Fernaw menyebutkan kekuasaan Islam sebagai key to world power” dan menggambarkannya sebagai berikut “Daerah-daerah daratan Islam mempunyai karakter sebagai kunci rumah dunia (a universal house key) menurut letak strategisnya. Ia meliputi Selatan dan Timur Laut Tengah, dimana pusat-pusat penting Eropa dapat dicapainya.”[1]
Di semenanjung Iberia, wilayah Spanyol dan Portugal, Islam berinteraksi langsung dengan Eropa Kristen, masyarakat yang kompleks dan beragam yang berkembnag di sana, terdiri atas Eropa  Muslim dan Barat. [2] Islam di wilayah ini  berangkat dari perjuangan tokoh muslim yang berani memasuki wilayah ini dengan memiliki alasan-alasan yang masuk akal dan memiliki dampak positif  bagi umat Muslim yaitu umat Muslim menjadi pelopor bagi kebangkitan Eropa. Di Eropa ini terdapat beberapa agama yang hidup dengan saling toleransi semenjak adanya Islam. Berbeda dengan sebelum Islam masuk. Islam Spanyol atau Islamic Spain ini yang merujuk pada par-exellence kebudayaan Eropa pada abad pertengahan di Spanyol. Kemajan peradaban tersebut dibangun oleh peradaban Hispano-Arab yang terdiri dari Muslimin, al-Muwalladun, Kristen, dan Yahudi. [3]
Dari Islam lah Spanyol banyak menimba Ilmu. Pada masa Klasik, saat Islam mengalmai masa keemasan, Spanyol adalah pusat pradaban Islam yang dapat menyaingin Baghdad di Timur. Pada saat itu, orang-orang Eropa Kristen belajar banyak di perguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi “guru” dan teladan bagi Eropa. Oleh karena itu, Islam banyak menarik perhatian para sejarawan. Namun, banyak orang yang meragukan bahwa Islam telah memberikan dampak positif  bagi Eropa, mereka dapat maju dan berkembang karena Islam, banyak karya para Ilmuwan muslim yang karyanya disabotase atau diklaim menjadi milik orang Barat, ini adalah akibat dari penyelewengan Sejarah yang dilakukan orang Barat. Karena Sejarah telah dituls salah oleh para ilmuwan Barat. [4] Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus Muslim, hendaknya kita dapat mengetahui bagaimana Islam di Eropa sehingga Islam dapat mencapai masa keemasannya dan memiliki pengaruh bagi Eropa.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses masuknya Islam di Eropa?
2.      Bagaimana Perkembangan Islam di Eropa?
3.      Bagaimana pengaruh Peradaban Islam Islam di Eropa?

1.3  Tujuan Masalah
1.      Agar mengetahui proses masuknya Islam di Eropa
2.      Agar mengetahui Perkembangan Islam di Eropa
3.      Agar mengetahui pengaruh Peradaban Islam Islam di Eropa








BAB II
PEMBAHASAN
  1. Masuknya Islam di Eropa (Spanyol)
Wilayah Eropa khusunya Spanyol, di duduki oleh pemerintahan Islam yang pertama kali oleh Khalifah Al-Walid (705-715 M) dari bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum Islam melakukan penaklukan ke Spanyol, umat Islam telah terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu Provinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan wilayah Afrika Utara itu terjadi di Zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M)beliau mengangkat Hasan ibn Nu'man Al-Ghassani menjadi Gubernur di daerah tersebut. Kemudian pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu'man telah digantikan oleh Musa ibn Nushair.[5] Gubernur ini (Musa ibn Nushair) memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki AlJazair dan Maroko. Selain itu, mereka juga menaklukan wilayah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan melakukan kekacauan lagi. Penaklukan wilayah Afrika Utara hingga menjadi salah satu provinsi dari bani Umayyah yang membutuhkan waktu 53 tahun, sejak tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan)sampai tahun 83 H (masa pemerintahan Al-Walid). Sebelum wilayah itu dikuasai Islam, kawasan itu merupakan basis kekuasaan Kerajaan Romawi yaitu Kerajaan Gothik. Kerajaan ini menghasut penduduk agar menentang kekuasaan Islam.[6] Kemudian setelah kawasan ini dikuasai seutuhnya oleh Islam, umat Islam memusatkan perhatiannya untuk menaklukan wilyah Eropa (Spanyol). [7]
Sebelum pasukan Muslim menaklukan Spanyol, terjadi keributan politik diantara Raja Witiza (702-709 M ) dengan Duke of Cordova. Raja Witiza merasa harga diri dan martabatnya dicemarkan oleh Duke of Cordova. Oleh karena itu Raja Witiza mengundang Duke of Cordova datang ke Toledo kemudian menangkap dan memasukan nya ke dalam penjara bawah tanah. Roderick, putra dari Duke of Cordova, tidak bisa menerima perlakuan yang tidak manusiawi Raja Witiza itu, kemudian Roderick dan pasukannya  datang ke Toledo untuk balas dendam dan membunuh Raja Witiza. Kemudian Roderick mendeklarasikan diri sebagai Raja Spanyol dan Keluarga Raja Witiza melarikan diri ke Ceuta.[8] Pada tahun 710M, utusan dari Ceuta yang terdiri dari Count Julian dan keluarga Raja Witiza menemui Gubenur Afrika Utara Musa bin Nushair, di Kairawan (menjabat sejak 699M) dan meminta bantuan kepadanya untuk menghancurkan Raja Roderick ( 709-711M).
Inilah momentum yang sangat strategis dan kondusif bagi Musa bin Nushair untuk menaklukan Spanyol. Momen ini pulalah yang antara lain menjadi salah satu Faktor penting yang memuluskan jalan bagi pasukan Muslim untuk menaklukan Spanyol. Setelah mendapatkan restu dari Kholifah Walid 1 di Damaskus, pasukan Musa sebanyak 400 personil (kebanyakan orang- orang Berber) mendarat di Semenanjung Kecil ( Tarifa) yang terletak di ujung paling selatan daratan Eropa. Sebelum itu, Musa telah berhasil menghalau pasukan Romawi dari kawasan barat Carthago dan secara Perlahan meneruskan penakluknnya ke arah Atlantik. Gerakan ini memberikan jalan lapang bagi Musa dan pasukannya berhasil memasuki daratan Eropa. Kesuksesan yang bersejarah ini mendorong Musa untuk lebh memperluas teritorial penaklukannya yang lebih signifikan di Spanyol.[9] Misi pasukan Muslim ke Spanyol sudah siap. Pasukan Musa bin Nushair dalam jumlah yang besar terdiri dari siku- suku Arab dan suku-suku Berber yang berasal dari Afrika utara yang sebelumnya telah masuk islam menyusul kemenangan pasukan Muslim menaklukan wilayah - wilayah itu, Musa bin Nushair mempercayakan Komando perang kepada panglima  Thariq bin Ziyad (asli ke turunan suku Berber) yang mempunyai semangat juang yang gigih dan tangguh serta berjiwa kesatria.[10]
 Dengan menggunakan kapal- kapal perang. Pada bulan Juli 711M pasukan Thariq bin Ziyad yang berkekuatan 7.000 personel berangkat menyebrangi selat sempit di dekat ceuta yang memisahkan Afrika Utara dan Eropa. Pendaratan yang sempurna dengan memakai siasat Thariq bin Ziyad. Ketika pasukan muslim mendarat, panglima Thariq bin Ziyad memberikan perintah kepada pasukannya membakar semua kapal perang dengan berkata "Al-'Aduwwu amamakum. Wal bahru wara-akum. Fakhtaru ayyu ma syi'tum!"[11] (Musuh didepanmu laut dibelakangmu silahkan tentukan pilahan kalian!) atau yang berarti (Wahai manusia, kemana lagi kita akan melarikan diri? Lautan berada dibelakang kalian, sedangkan musuh telah menghadang dibelakang kalian. Tidak ada pilihan bagi kalian, kecuali jujur pada diri sendiri dan sabar).[12] Pidato Thariq bin Ziyad ini semakin membakar semangat juang pasukannya untuk bertarung di pertempuran. Pantai Landau yang berbatasan dengan gunung batu merupakan lokasi mendaratnya pasukan Thariq bin Ziyad tempat tersebut sangat bersejarah dan sekarang lebih dikenal dengan nama Jabal Thariq (Gibraltar). Thariq bin Ziyad dan pasukannya sangat ditunggu tunggu kedatangannya oleh rakyat yang tertindas oleh raja – raja borjuis Visigoth yaitu Roderick yang hidup mewah.Dapat dikatakan bahwa wilayah Afrika Utara sebagai batu loncatan atau jalan strategis untuk menguasai Spanyol.
Ketika proses penaklukan Spanyol, terdapat tiga Pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa dalam proses penaklukan Spanyol. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa bin Nushair. Tharif disebut sebagai perintis dan penyidik ia menyebeangi selat antara Maroko dan Eropa dengan membawa satu pasukan perang. Lima ratus orang dengan menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian (utusan Raja Witiza dari Ceuta). Dalam penyerbuan tersebut dimenangkan oleh Tharif dengan membawa harta rampasan yang sangat banyak. Adanya motivasi dari keberhasilan Tharif dan didukung oleh kondisi yang krisis dalam kerajaan Gothic, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, sehingga pada tahun 711 M Musa bin Nushair mengirim pasukan sebanyak 7000 orang ke Spanyol dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. [13]
            Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan kemenangannya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar orang orang Barbar yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi oleh orang orang Arab yang dikirim oleh Khalifah al-Walid. Suku Barbar merupakan suatu bangsa yang masih memiliki pertalian keturunan dengan bangsa Hamiyah sautu cabang dari bangsa kulit putih dan dalam sejarah mungkin berasal dari bangsa Samiah.
Dalam pertempuran mengahdapi Roderick  disuatu tempat yang bernama Bakkah/Lakka/Goddelete ataupun Wadi Bakka di mulut sunagi Barbate di pesisir Laguna Janda pada 19 Juli 711 M  ini yang dimenangkan oleh Thariq dan pasukannya. Kemudian, Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota kota penting disana, seperti Cordova, Granada, dan Toledo. Ia sempat meminta tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimlan pasukan sebanyak 5000 tentara, sehingga jumlah pasukan Thariq semuanya berjumlah 12.000 orang. Jumlah yang tak sebanding dengan pasukan Bangsa Gothik yang berjumlah 100.000 orang. [14] Kekalahan pasukan Roderick karena pasukannya terdiri dari para hamba sahaya dan orang orang yang lemah. Selain itu, diantara mereka adapula musuh musuh Roderick, kemudian ditambah lagi orang Yahudi secara rahasia juga mengadakan persekutuan dengan kaum Muslimin. [15]
            Kemenangan pertama yang diraih oleh Thariq bin Ziyad membuka jalan untuk penaklukan ke wilayah yang lebih luas lagi. Dengan begitu, Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam area pertempuran dengan maksud untuk membantu perjuangan Thariq. Bersama pasukan yang besar, ia berangkat melewati selat itu dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukannya. Setelah Musa berhasil menaklukan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan pasukan kerajaan Ghotik, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo (ibu kota kerajaan Ghotik). Kemudian Thariq dan Musa berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragossa sampai Navarre.[16]
            Setelah itu, masih juga ada penyerangan penyerangan seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Leon tahun 743 M, dan pulau pulau yang ada di laut Tengah. Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari Sicilia pun jatuh ke tangan Islam di Zaman Bani Umayyah II. Pada permulaan abad ke-8 M, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh sampai Prancis Tengah dan bagian bagian Italia. Kemenangan-kemenangan Islam nampak begitu mudah menaklukan Spanyol karena terdapat factor eksternal yaitu berupa kondisi social, politik, dan ekonomi negeri Spanyol ini dalam keadaan yang menyedihkan. Wilayah Spanyol terbagi bagi kedalam beberapa Negara kecil. Bersaman dengan itu, penguasa Gothik bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa yaitu pada aliran Monofosit, apalagi terhadap agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi adalah  terbesar dari penduduk Spanyol kemudian dibaptis menurut agama Kristen. Yang menolak akan disiksa dan dibunuh secara brutal.[17]
            Keadaan ekonomi juga dalam keadaan lumpuh padahal sebelumnya pada masa kekusaan Romawi maju pesat tetapi setelah dikuasai oleh Kerajaan Gothik malah menjadi lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Kondisi paling terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Gothik terakhir.yang dikalahkan oleh Islam. Yaitu awal kehancurannya adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo. Sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu saja, keadaan ini membuat amarah dari Oppass dan Achilla, kakak, dan anak Witiza yang kemudian menjatuhkan Roderick  bergabung dengan Muslim. Terjadi konflik juga antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah ia juga bergabung dengan Muslim.
            Adapun yang dimaksud dengan factor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh tokoh pejuang Islam yang kuat, kompak, dan penuh percaya diri. Mereka juga tabah, cakap, dan berani dalam menghadapi setiap persoalan. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi Muslimin itu menyebabakan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam disana. [18]

  1. Perkembangan Islam di Spanyol
  1. Periode Pertama (711-755 M)
Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Keadaan negeri Spanyol belum stabil karena banyak gangguan internal maupun eksternal. Terdapat pula berbeda pandangan antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Qairawan yang masing masing mengaku paling berhak atas daerah Spanyol. Dan akibatnya terjadi dua puluh kali pergantian wali (Gubernur) Spanyol dalam waktu yang sangat singkat. Perbedaan itu menjadikan seringnya terjadi perang saudara, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Dalam etnis Arab sendiri ada dua golongan yang selalu bersaing yaitu, suku Qaisy (Arab utara) dan Arab Yaman (Arab Selatan).
Dengan banyaknya konflik internal dan eksternal, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Datangnya Abd al Rahman al Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M menjadi tanda berakhirnya priode pertama.[19]

  1. Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini, Spanyol diperintah oleh seorag amir (panglima atau Gubernur) tapi tidak tunduk pada pemerintahan pusat yang saat itu diperintah oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir yang pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/ 755 M yang diberi gelar al Dakhil (yang masuk ke Spanyol).
Abdurrahman al-Dakhil merupakan keturunan Bani Umayyah yang berhasil melarikan diri dari kerajaan Bani Abbasiyah yang telah menaklukan bani Umayyah di Damaskus. Abdurrahman I melakukan penrjalanan ke Palestina, Mesir, dan Afrika Utara hingga sampai di Ceuta. Di wilayah ini ia memperoleh bantuan dari bangsa Barbar dalam menyusun kekuatan Militer. Kemudian ia sukses mendirikan Dinasti bani Umayyah di Spanyol. Pemerintah setelah Abdurrahman al-Dakhil adalah Hisyam I, Hakam I, Adurrahman al- Ausath, Muhammad ibnu Abdurrahman, Munzir ibnu Muhammad, dan Abdullah ibnu Muhammad. [20]
            Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman al-Dakhil (Abdurrahman I)  mendirikan  masjid Cordova dan sekolah sekolah di kota besar Spanyol. Hisyam I dikenal sebagi pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang mempelopori tentara bayaran di Spanyol, ia juga yang menjadikan Madzhab Maliki sebagai Madzhab resmi Negara. Adapun Abdurrahman al-Ausath sebagai Penguasa yang cinta Ilmu, pemikiran Filsafat mulai masuk, ia mengunadang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol. Akhirnya kegiatan ilmu pengetahuan mulai berkembang. Gangguan politik serius yang terjadi pada periode kedua ini datang dari umat Islam sendiri para pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk Negara kota yang berlangsung selama 80 tahun, juga orang orang yang tak puas dengan menunutut terjadinya Revolusi. Pemberontakan yang dipimpin oleh Hafsun dan anaknya Umar, yang berpusat di Pegunungan dekat Malaga sebagai gangguan yang penting. Kemudian perselisihan antara orang Barbar dan orang Arab masih sering terjadi.[21]

3.      Periode ketiga (912-1013 M)
Pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar al Nasir li dinillah (penegak agama Allah) sampai muncul raja raja kelompok kecil yang dkenal dengan Muluk al Thawaif.  Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa yang bergelar Khalifah. [22] Pada masa ini terdapat dua Khalifah Sunni, Khalifah Abbasiyah di Baghdad, dan Khalifah Umayyah di Spanyol, dillain tempat ada seorang Khalifah Syi’ah Fatimiyah di Afrika Utara.
Pada periode ini pula, umat Islam Spanyol berhasil mencapai puncak kemajuan dan kejayaannya. Hal ini dapat disejajarkan dengan daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman III adalah penguasa Umayyah terbesar di Spanyol. Sebagai bukti keberhasilannya  yaitu penaklukan kota Elvira, Jain, dan Seville dan kekuatan Kristen dipaksa menyerah. Berhasil pula mengagalkan rencana daulah Fatimiyah untuk memperluas kekuasannya ke negeri Spanyol. Dalam bidang arsitektur tercatat tidak kurang dari 300 masjid, 100 istana megah, 13.000 gedung, dan 300 tempat pemandian umum di Cordova.[23] 
Awal kehancuran bain Umayyah di Spanyol ketika Hisyam II naik tahta dalam usia belasan tahun, oleh karena itu kekuasaan berada di tangan para pejabat. Tahun 981 M, khalifah menunjuk Ibnu Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menguasai wilayah kekuasaan islam dengan menyingkirkan rekan dan saingannya. Atas keberhasilannya,ia mendapat gelar al Mansur billah. Ia wafat tahun 1002 M. kemudian diganti anaknya al Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Namun,setelah ia wafat 1008 M ia diganti oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya, pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah.Ketika itu,Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali Negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.[24]

4.      Periode Keempat ( 1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat disuatu kota seperti Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Yang sangat disayangkan jika terjadi perang saudara,diantara mereka ada yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengmbil inisiatif penyerangan. Akibatnya, kekuatan Islam diketahui mulai menurun dan tiba saatnya dihancurkan.[25]
   
5.      Periode Kelima ( 1086-1248 M )
Pada periode ini, Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa Negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1089-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). awalnya dinasti ini sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaanyang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke spanyol atas  “undangan” penguasa-penguasa islam di sana yang tengah  memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang keristen. Ia dan tentaranya memasuki spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai spanyol dan ia berhasil untuk  itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berahir, baik di Afrika  Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti muwahhidin pada masa dinasti murabithun, Saragossa jatuk ke tangan Kriten ,tepatnya pada tahun 1118M.
 Di Spanyo sendiri , sepeningalan dinasti ini , pada mulanya muncul kambali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidin yang berpusat di Afrika Utara merbut daerah ini. Muahhidin didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1124). Dinasti ini datang ke Spanyol  di bawah pimpinan Abd Al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota Muslim penting, Cordova , Almeria dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya . Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi, tedak lama seteleh itu, Muahhidin mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara keristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kealahan-kealahan  yang dialami Muahhidin menyebabkan penguasaannyamemilih untuk meningalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen  dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali  Granada lepas dari kekuasaan islam.[26]

6.      Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam berkuasa di Granada, dibawah dinasti Ahmar atau Nasriyah (1232-1492 M). dinasti ini yang mendiriksn istana Al-Hamra yang sangat indah di kota Granada. [27] Peradaban kembali maju seperti zaman Abdurrahman an-Nashir atau Abdurrahman III. Dinasti ini merupakan dinasti Islam  terahir yang bertahan, namun dapat berakhir karena perselisihan dalam pemerintahan Istana untuk memperebutkan kekuasaan. Abdullah Muhamad tidak senang terhadap ayahnya karena tidak memilih dirinya sebagi penggati dari ayahnya menjadi raja. Ia memberotak dan dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh, kemudian digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad.
            Abdullah Muhammad meminta bantuan pada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan kepemimpinan Muhammad bin Sa’ad. Ferdinand dan Isabella dapat mengalahkan Muhammad bin Sa’ad sebagai penguasa yang sah dan akhirnya Abdullah Muhammad naik tahta. Kedua penguasa Kristen ini (Ferdinand dan Isabella) mepersatukan dua kerajaan besar Kristen, yaitu negeri Aragon dan Castilia, melalui Pernikahan. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir Islam di Spanyol, hingga ia kalah dalam peperangan dan Abdullah menyerahkan kekuasaan pada Ferdinand dan Isabella, kemudian ia hijrah ke Afrika Utara. [28] Dengan begitu berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. umat Islam setelah itu dihadapkan dua pilihan, masuk Kristen (Baptis)  atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, dapat dikatakan tidak ada lagi umat Islam yang berada di daerah ini. [29]  

C.    Pengaruh Peradaban Islam di Eropa
Kemajuan Eropa yang berkembang hingga saat ini banyak berutang budi pada Khazanah Ilmu Pengetahuan Islam yang berkembang pada periode Klasik. Memang banyak sarana yang mempengaruhi Eropa, seperti hal nya Sicilia dan perang Salib. Namun, sarana terpenting adalah Andalusia atau Spanyol. Orang-orang Eropa harus menerima kenyataan bahwa Andalusia berada dibawah kekuasaan Islam, jauh meninggalkan Negara-negara tetangganya Eropa. Terutama dalam bidang pemikiran dan sains selain bangunan fisik. Terdapat pemikiran Ibnu Rusyd, ia juga mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara memikat minat semua orang yang berpikiran bebas.[30]
Pengaruh pemikiran Ibnu Rusyd berawal dari banyaknya pemuda Kristen yang Eropa yang belajar di Universitas-universitas Islam di Andalusia, seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Andalusia, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya para Ilmuwan Muslim. Setelah pulang menimba ilmu meeka pulang dan membangun sekolah dan Universitas. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd. [31]
 Pada akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah Universitas. Didalamnya diajarkan ilmu ilmu yang ada di universitas Islam seperti Ilmu Kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Adapun pemikiran Filsafat yang banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Pengaruh Ilmu pengetahuan Islam terhadap Eropa, telah berlangsung sejak abad ke-12 M yang menimbulkan kebangkitan kembali (Renaissance) Yunani di Eropa pada abad ke-14 M yang bermula di Italia.  berkembangnya melalui terjemahan terjemahan Arab yang dipelajari, yang kemudian diterjemhkan lagi kedalam bahasa latin. [32]








BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari Pembahasan mengenai Islam dan Peradabannya di Spanyol dapat disimpulkan bahwa:
1.      Latar belakang ekspansi Islam ke Spanyol didasari oleh semakin kuatnya Islam di Afrika Utara sehingga perlu melakukan perluasan ke Semenanjung Iberia. Spanyol adalah daerah terdekat dari Afrika Utara dan kerajaan Gothic yang menguasai daerah itu sedang dalam kemunduran. Tiga tokoh penting yaitu Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair telah melakukan ekspansi wilayah kekuasaan pada waktu yang tepat. Kerjasama satu tim dan keterlibatan aktif pemimpin pusat dan pelaksana lapangan telah memperoleh hasil maksimal dalam perluasan Islam ke Spanyol.
2.      Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung sekitar 800 tahun (8 abad) dan pernah mencapai puncaknya saat kepemimpinan Abdurrahman III. Saat itu, Spanyol mengalami kemajuan peradaban yang membahagiakan, terlebih dibidang Arsitektur.
3.      Walaupun akhirnya Islam harus keluar dari Spanyol, peradaban peninggalan Islam telah membuat Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Pemikiran Filsafat seperti pemikiran al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd, telah membawa Eropa menjadi kawasan yang maju intelektualnya.





[1] Thohir Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2009), hal 84.
[2] Firas Alkhateeb, Sejarah Islam yang Hilang, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, September 2016), hal 156.
[3] Munir Subarman, Sejarah Peradaban Islam Klasik, (Cirebon: CV Pangger, Desember 2008), hal 117.
[4] Abdul Waid, Menguak fakta Sejarah Penemuan Sains & Teknologi Islam yang Diklaim Barat, (Yogyakarta: Laksana, Januari 2014), hal 25.
[5] Yayat Suryatna, Jurnal Tamaddun vol.2 No.02, (Cirebon:CV Pangger,Desember 2013), hal 194.
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 88.
[7] Ibid, hal 88.
[8] Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik abad VII-XII M, (Yogyakarta: IRCiSoD Januari 2017), hal 262.
[9] Ibid                            
[10] Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik abad VII-XII M, (Yogyakarta: IRCiSoD Januari 2017), hal 263.
[11] Ibid hal 263.
[12] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung:Pustaka Setia, 2008), hal 115.
[13] Yayat Suryatna, Jurnal Tamaddun vol.2 No.02, (Cirebon:CV Pangger,Desember 2013), hal 195.
[14] Ibid, hal 196.
[15] Yayat Suryatna, Jurnal Tamaddun vol.2 No.02, (Cirebon:CV Pangger,Desember 2013), hal 195. (Syalabi, 1995, hal 159-160).
[16] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 90.
[17] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 91.
[18] Ibid, hal 93.
[19] Yayat Suryatna, Jurnal Tamaddun vol.2 No.02, (Cirebon:CV Pangger,Desember 2013), hal 198.
[20] Ibid, hal 197.
[21] Yayat Suryatna, Jurnal Tamaddun vol.2 No.02, (Cirebon:CV Pangger,Desember 2013), hal 199.
[22] Aah Syafa’ah, Sejarah Peradaban Islam, (Cirebon: Nurjati Press, Nopember 2013), hal 114.
[23] Ibid, hal 200
[24] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 98.
[25] Yayat Suryatna, Op.cit., hal 202.
[26] Badri Yatim, Op.Cit, hal 99.
[27] Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, Mei 2010), hal 307.          
[28]Ibid, hal 308.
[29] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 100.
[30] Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, Mei 2010), hal 316.
[31] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 109.
[32] Rizem Aizid, Op.Cit, hal 317.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar