PENGARUH
PERADABAN ISLAM DI EROPA
Dibuat untuk memenuhi tugas Sejarah Dunia Kuno
Dosen Pengampu: Tendi, S.pd., M.Hum

Disusun oleh:
Ayu Maesyaroh (1608301001)
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH
NURJATI CIREBON
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam realitas politik, Islam telah memunculkan
etnis-etnis lain seperti, Persia, Turki, Mongolia, India, Melayu bahkan Barbar
untuk silih berganti tampil dalam panggung Sejarah di Wilayahnya masing-masing.
F.w. Fernaw menyebutkan kekuasaan Islam sebagai “ key to world
power” dan menggambarkannya sebagai berikut “Daerah-daerah daratan Islam mempunyai karakter sebagai kunci rumah
dunia (a universal house key) menurut
letak strategisnya. Ia meliputi Selatan dan Timur Laut Tengah, dimana
pusat-pusat penting Eropa dapat dicapainya.”[1]
Di semenanjung Iberia, wilayah Spanyol dan Portugal,
Islam berinteraksi langsung dengan Eropa Kristen, masyarakat yang kompleks dan
beragam yang berkembnag di sana, terdiri atas Eropa Muslim dan Barat. [2]
Islam di wilayah ini berangkat dari
perjuangan tokoh muslim yang berani memasuki wilayah ini dengan memiliki
alasan-alasan yang masuk akal dan memiliki dampak positif bagi umat Muslim yaitu umat Muslim menjadi
pelopor bagi kebangkitan Eropa. Di Eropa ini terdapat beberapa agama yang hidup
dengan saling toleransi semenjak adanya Islam. Berbeda dengan sebelum Islam
masuk. Islam Spanyol atau Islamic Spain
ini yang merujuk pada par-exellence
kebudayaan Eropa pada abad pertengahan di Spanyol. Kemajan peradaban tersebut
dibangun oleh peradaban Hispano-Arab yang terdiri dari Muslimin, al-Muwalladun,
Kristen, dan Yahudi. [3]
Dari Islam lah Spanyol banyak menimba Ilmu. Pada
masa Klasik, saat Islam mengalmai masa keemasan, Spanyol adalah pusat pradaban
Islam yang dapat menyaingin Baghdad di Timur. Pada saat itu, orang-orang Eropa
Kristen belajar banyak di perguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam
menjadi “guru” dan teladan bagi Eropa. Oleh karena itu, Islam banyak menarik
perhatian para sejarawan. Namun, banyak orang yang meragukan bahwa Islam telah
memberikan dampak positif bagi Eropa,
mereka dapat maju dan berkembang karena Islam, banyak karya para Ilmuwan muslim
yang karyanya disabotase atau diklaim menjadi milik orang Barat, ini adalah
akibat dari penyelewengan Sejarah yang dilakukan orang Barat. Karena Sejarah
telah dituls salah oleh para ilmuwan Barat. [4]
Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus Muslim, hendaknya kita dapat
mengetahui bagaimana Islam di Eropa sehingga Islam dapat mencapai masa
keemasannya dan memiliki pengaruh bagi Eropa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
proses masuknya Islam di Eropa?
2. Bagaimana
Perkembangan Islam di Eropa?
3. Bagaimana
pengaruh Peradaban Islam Islam di Eropa?
1.3 Tujuan Masalah
1. Agar
mengetahui proses masuknya Islam di Eropa
2. Agar
mengetahui Perkembangan Islam di Eropa
3. Agar
mengetahui pengaruh Peradaban Islam Islam di Eropa
BAB II
PEMBAHASAN
- Masuknya Islam di Eropa (Spanyol)

Wilayah
Eropa khusunya Spanyol, di duduki oleh pemerintahan Islam yang pertama kali
oleh Khalifah Al-Walid (705-715 M) dari bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Sebelum Islam melakukan penaklukan ke Spanyol, umat Islam telah terlebih dahulu
menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu Provinsi dari
dinasti Bani Umayyah. Penguasaan wilayah Afrika Utara itu terjadi di Zaman
Khalifah Abdul Malik (685-705 M)beliau mengangkat Hasan ibn Nu'man Al-Ghassani
menjadi Gubernur di daerah tersebut. Kemudian pada masa Khalifah Al-Walid,
Hasan ibn Nu'man telah digantikan oleh Musa ibn Nushair.[5]
Gubernur ini (Musa ibn Nushair) memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menduduki AlJazair dan Maroko. Selain itu, mereka juga menaklukan wilayah bekas
kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan sehingga mereka menyatakan
setia dan berjanji tidak akan melakukan kekacauan lagi. Penaklukan wilayah
Afrika Utara hingga menjadi salah satu provinsi dari bani Umayyah yang
membutuhkan waktu 53 tahun, sejak tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah bin
Abi Sufyan)sampai tahun 83 H (masa pemerintahan Al-Walid). Sebelum wilayah itu
dikuasai Islam, kawasan itu merupakan basis kekuasaan Kerajaan Romawi yaitu
Kerajaan Gothik. Kerajaan ini menghasut penduduk agar menentang kekuasaan
Islam.[6]
Kemudian setelah kawasan ini dikuasai seutuhnya oleh Islam, umat Islam
memusatkan perhatiannya untuk menaklukan wilyah Eropa (Spanyol). [7]
Sebelum
pasukan Muslim menaklukan Spanyol, terjadi keributan politik diantara Raja
Witiza (702-709 M ) dengan Duke of Cordova. Raja Witiza merasa harga diri dan
martabatnya dicemarkan oleh Duke of Cordova. Oleh karena itu Raja Witiza
mengundang Duke of Cordova datang ke Toledo kemudian menangkap dan memasukan
nya ke dalam penjara bawah tanah. Roderick, putra dari Duke of Cordova, tidak
bisa menerima perlakuan yang tidak manusiawi Raja Witiza itu, kemudian Roderick
dan pasukannya datang ke Toledo untuk
balas dendam dan membunuh Raja Witiza. Kemudian Roderick mendeklarasikan diri
sebagai Raja Spanyol dan Keluarga Raja Witiza melarikan diri ke Ceuta.[8] Pada
tahun 710M, utusan dari Ceuta yang terdiri dari Count Julian dan keluarga Raja
Witiza menemui Gubenur Afrika Utara Musa bin Nushair, di Kairawan (menjabat
sejak 699M) dan meminta bantuan kepadanya untuk menghancurkan Raja Roderick (
709-711M).
Inilah
momentum yang sangat strategis dan kondusif bagi Musa bin Nushair untuk
menaklukan Spanyol. Momen ini pulalah yang antara lain menjadi salah satu
Faktor penting yang memuluskan jalan bagi pasukan Muslim untuk menaklukan
Spanyol. Setelah mendapatkan restu dari Kholifah Walid 1 di Damaskus, pasukan
Musa sebanyak 400 personil (kebanyakan orang- orang Berber) mendarat di
Semenanjung Kecil ( Tarifa) yang terletak di ujung paling selatan daratan
Eropa. Sebelum itu, Musa telah berhasil menghalau pasukan Romawi dari kawasan
barat Carthago dan secara Perlahan meneruskan penakluknnya ke arah Atlantik.
Gerakan ini memberikan jalan lapang bagi Musa dan pasukannya berhasil memasuki
daratan Eropa. Kesuksesan yang bersejarah ini mendorong Musa untuk lebh
memperluas teritorial penaklukannya yang lebih signifikan di Spanyol.[9] Misi
pasukan Muslim ke Spanyol sudah siap. Pasukan Musa bin Nushair dalam jumlah
yang besar terdiri dari siku- suku Arab dan suku-suku Berber yang berasal dari
Afrika utara yang sebelumnya telah masuk islam menyusul kemenangan pasukan
Muslim menaklukan wilayah - wilayah itu, Musa bin Nushair mempercayakan Komando
perang kepada panglima Thariq bin Ziyad
(asli ke turunan suku Berber) yang mempunyai semangat juang yang gigih dan
tangguh serta berjiwa kesatria.[10]
Dengan menggunakan kapal- kapal perang. Pada
bulan Juli 711M pasukan Thariq bin Ziyad yang berkekuatan 7.000 personel
berangkat menyebrangi selat sempit di dekat ceuta yang memisahkan Afrika Utara
dan Eropa. Pendaratan yang sempurna dengan memakai siasat Thariq bin Ziyad.
Ketika pasukan muslim mendarat, panglima Thariq bin Ziyad memberikan perintah
kepada pasukannya membakar semua kapal perang dengan berkata "Al-'Aduwwu
amamakum. Wal bahru wara-akum. Fakhtaru ayyu ma syi'tum!"[11] (Musuh
didepanmu laut dibelakangmu silahkan tentukan pilahan kalian!) atau yang
berarti (Wahai manusia, kemana lagi kita akan melarikan diri? Lautan berada
dibelakang kalian, sedangkan musuh telah menghadang dibelakang kalian. Tidak
ada pilihan bagi kalian, kecuali jujur pada diri sendiri dan sabar).[12] Pidato
Thariq bin Ziyad ini semakin membakar semangat juang pasukannya untuk bertarung
di pertempuran. Pantai Landau yang berbatasan dengan gunung batu merupakan
lokasi mendaratnya pasukan Thariq bin Ziyad tempat tersebut sangat bersejarah
dan sekarang lebih dikenal dengan nama Jabal Thariq (Gibraltar). Thariq bin
Ziyad dan pasukannya sangat ditunggu tunggu kedatangannya oleh rakyat yang
tertindas oleh raja – raja borjuis Visigoth yaitu Roderick yang hidup
mewah.Dapat dikatakan bahwa wilayah Afrika Utara sebagai batu loncatan atau
jalan strategis untuk menguasai Spanyol.
Ketika
proses penaklukan Spanyol, terdapat tiga Pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa dalam proses penaklukan Spanyol. Mereka adalah Tharif ibn Malik,
Thariq ibn Ziyad, dan Musa bin Nushair. Tharif disebut sebagai perintis dan
penyidik ia menyebeangi selat antara Maroko dan Eropa dengan membawa satu
pasukan perang. Lima ratus orang dengan menaiki empat buah kapal yang
disediakan oleh Julian (utusan Raja Witiza dari Ceuta). Dalam penyerbuan
tersebut dimenangkan oleh Tharif dengan membawa harta rampasan yang sangat banyak.
Adanya motivasi dari keberhasilan Tharif dan didukung oleh kondisi yang krisis
dalam kerajaan Gothic, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta
rampasan perang, sehingga pada tahun 711 M Musa bin Nushair mengirim pasukan
sebanyak 7000 orang ke Spanyol dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. [13]
Thariq
bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar
dan kemenangannya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar orang
orang Barbar yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi oleh orang
orang Arab yang dikirim oleh Khalifah al-Walid. Suku Barbar merupakan suatu
bangsa yang masih memiliki pertalian keturunan dengan bangsa Hamiyah sautu
cabang dari bangsa kulit putih dan dalam sejarah mungkin berasal dari bangsa
Samiah.
Dalam pertempuran mengahdapi
Roderick disuatu tempat yang bernama
Bakkah/Lakka/Goddelete ataupun Wadi Bakka di mulut sunagi Barbate di pesisir
Laguna Janda pada 19 Juli 711 M ini yang
dimenangkan oleh Thariq dan pasukannya. Kemudian, Thariq dan pasukannya terus
menaklukan kota kota penting disana, seperti Cordova, Granada, dan Toledo. Ia
sempat meminta tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika Utara. Musa
mengirimlan pasukan sebanyak 5000 tentara, sehingga jumlah pasukan Thariq semuanya
berjumlah 12.000 orang. Jumlah yang tak sebanding dengan pasukan Bangsa Gothik
yang berjumlah 100.000 orang. [14]
Kekalahan pasukan Roderick karena pasukannya terdiri dari para hamba sahaya dan
orang orang yang lemah. Selain itu, diantara mereka adapula musuh musuh
Roderick, kemudian ditambah lagi orang Yahudi secara rahasia juga mengadakan
persekutuan dengan kaum Muslimin. [15]
Kemenangan
pertama yang diraih oleh Thariq bin Ziyad membuka jalan untuk penaklukan ke
wilayah yang lebih luas lagi. Dengan begitu, Musa bin Nushair merasa perlu
melibatkan diri dalam area pertempuran dengan maksud untuk membantu perjuangan
Thariq. Bersama pasukan yang besar, ia berangkat melewati selat itu dan satu
persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukannya. Setelah Musa berhasil
menaklukan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan pasukan
kerajaan Ghotik, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo
(ibu kota kerajaan Ghotik). Kemudian Thariq dan Musa berhasil menguasai seluruh
kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragossa sampai
Navarre.[16]
Setelah
itu, masih juga ada penyerangan penyerangan seperti ke Avirignon tahun 734 M,
ke Leon tahun 743 M, dan pulau pulau yang ada di laut Tengah. Majorca, Corsia,
Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari Sicilia pun jatuh ke tangan
Islam di Zaman Bani Umayyah II. Pada permulaan abad ke-8 M, telah menjangkau
seluruh Spanyol dan melebar jauh sampai Prancis Tengah dan bagian bagian
Italia. Kemenangan-kemenangan Islam nampak begitu mudah menaklukan Spanyol
karena terdapat factor eksternal yaitu berupa kondisi social, politik, dan
ekonomi negeri Spanyol ini dalam keadaan yang menyedihkan. Wilayah Spanyol
terbagi bagi kedalam beberapa Negara kecil. Bersaman dengan itu, penguasa Gothik
bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa yaitu
pada aliran Monofosit, apalagi terhadap agama lain, Yahudi. Penganut agama
Yahudi adalah terbesar dari penduduk
Spanyol kemudian dibaptis menurut agama Kristen. Yang menolak akan disiksa dan
dibunuh secara brutal.[17]
Keadaan
ekonomi juga dalam keadaan lumpuh padahal sebelumnya pada masa kekusaan Romawi
maju pesat tetapi setelah dikuasai oleh Kerajaan Gothik malah menjadi lumpuh
dan kesejahteraan masyarakat menurun. Kondisi paling terburuk terjadi pada masa
pemerintahan Raja Roderick, Raja Gothik terakhir.yang dikalahkan oleh Islam.
Yaitu awal kehancurannya adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota
negaranya dari Seville ke Toledo. Sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa
atas wilayah Toledo diberhentikan begitu saja, keadaan ini membuat amarah dari
Oppass dan Achilla, kakak, dan anak Witiza yang kemudian menjatuhkan
Roderick bergabung dengan Muslim.
Terjadi konflik juga antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa
wilayah Septah ia juga bergabung dengan Muslim.
Adapun
yang dimaksud dengan factor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam
tubuh penguasa, tokoh tokoh pejuang Islam yang kuat, kompak, dan penuh percaya
diri. Mereka juga tabah, cakap, dan berani dalam menghadapi setiap persoalan.
Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi Muslimin itu
menyebabakan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam disana. [18]
- Perkembangan Islam di Spanyol
- Periode Pertama (711-755 M)
Spanyol berada dibawah
pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat
di Damaskus. Keadaan negeri Spanyol belum stabil karena banyak gangguan
internal maupun eksternal. Terdapat pula berbeda pandangan antara Khalifah di
Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Qairawan yang masing masing
mengaku paling berhak atas daerah Spanyol. Dan akibatnya terjadi dua puluh kali
pergantian wali (Gubernur) Spanyol dalam waktu yang sangat singkat. Perbedaan
itu menjadikan seringnya terjadi perang saudara, antara Barbar asal Afrika
Utara dan Arab. Dalam etnis Arab sendiri ada dua golongan yang selalu bersaing
yaitu, suku Qaisy (Arab utara) dan Arab Yaman (Arab Selatan).
Dengan banyaknya konflik internal dan
eksternal, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan
pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Datangnya Abd al Rahman al
Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M menjadi tanda berakhirnya priode
pertama.[19]
- Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini, Spanyol diperintah
oleh seorag amir (panglima atau Gubernur) tapi tidak tunduk pada pemerintahan
pusat yang saat itu diperintah oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir yang
pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/ 755 M yang
diberi gelar al Dakhil (yang masuk ke
Spanyol).
Abdurrahman al-Dakhil merupakan keturunan Bani
Umayyah yang berhasil melarikan diri dari kerajaan Bani Abbasiyah yang telah
menaklukan bani Umayyah di Damaskus. Abdurrahman I melakukan penrjalanan ke
Palestina, Mesir, dan Afrika Utara hingga sampai di Ceuta. Di wilayah ini ia
memperoleh bantuan dari bangsa Barbar dalam menyusun kekuatan Militer. Kemudian
ia sukses mendirikan Dinasti bani Umayyah di Spanyol. Pemerintah setelah
Abdurrahman al-Dakhil adalah Hisyam I, Hakam I, Adurrahman al- Ausath, Muhammad
ibnu Abdurrahman, Munzir ibnu Muhammad, dan Abdullah ibnu Muhammad. [20]
Pada
periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan dalam bidang
politik maupun peradaban. Abdurrahman al-Dakhil (Abdurrahman I) mendirikan
masjid Cordova dan sekolah sekolah di kota besar Spanyol. Hisyam I
dikenal sebagi pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang mempelopori
tentara bayaran di Spanyol, ia juga yang menjadikan Madzhab Maliki sebagai
Madzhab resmi Negara. Adapun Abdurrahman al-Ausath sebagai Penguasa yang cinta
Ilmu, pemikiran Filsafat mulai masuk, ia mengunadang para ahli dari dunia Islam
lainnya untuk datang ke Spanyol. Akhirnya kegiatan ilmu pengetahuan mulai
berkembang. Gangguan politik serius yang terjadi pada periode kedua ini datang
dari umat Islam sendiri para pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk
Negara kota yang berlangsung selama 80 tahun, juga orang orang yang tak puas
dengan menunutut terjadinya Revolusi. Pemberontakan yang dipimpin oleh Hafsun
dan anaknya Umar, yang berpusat di Pegunungan dekat Malaga sebagai gangguan
yang penting. Kemudian perselisihan antara orang Barbar dan orang Arab masih
sering terjadi.[21]
3.
Periode ketiga (912-1013 M)
Pemerintahan
Abdurrahman III yang bergelar al Nasir li
dinillah (penegak agama Allah) sampai muncul raja raja kelompok kecil yang
dkenal dengan Muluk al Thawaif. Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh
penguasa yang bergelar Khalifah. [22] Pada masa ini terdapat dua Khalifah Sunni,
Khalifah Abbasiyah di Baghdad, dan Khalifah Umayyah di Spanyol, dillain tempat
ada seorang Khalifah Syi’ah Fatimiyah di Afrika Utara.
Pada
periode ini pula, umat Islam Spanyol berhasil mencapai puncak kemajuan dan
kejayaannya. Hal ini dapat disejajarkan dengan daulah Abbasiyah di Baghdad.
Abdurrahman III adalah penguasa Umayyah terbesar di Spanyol. Sebagai bukti
keberhasilannya yaitu penaklukan kota
Elvira, Jain, dan Seville dan kekuatan Kristen dipaksa menyerah. Berhasil pula
mengagalkan rencana daulah Fatimiyah untuk memperluas kekuasannya ke negeri
Spanyol. Dalam bidang arsitektur tercatat tidak kurang dari 300 masjid, 100
istana megah, 13.000 gedung, dan 300 tempat pemandian umum di Cordova.[23]
Awal
kehancuran bain Umayyah di Spanyol ketika Hisyam II naik tahta dalam usia belasan
tahun, oleh karena itu kekuasaan berada di tangan para pejabat. Tahun 981 M,
khalifah menunjuk Ibnu Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia
seorang yang ambisius yang berhasil menguasai wilayah kekuasaan islam dengan
menyingkirkan rekan dan saingannya. Atas keberhasilannya,ia mendapat gelar al Mansur billah. Ia wafat tahun 1002 M.
kemudian diganti anaknya al Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan
kerajaan. Namun,setelah ia wafat 1008 M ia diganti oleh adiknya yang tidak
memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang
tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009
M khalifah mengundurkan diri. beberapa orang yang dicoba untuk menduduki
jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya, pada tahun
1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan
khalifah.Ketika itu,Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali Negara kecil yang
berpusat di kota-kota tertentu.[24]
4. Periode Keempat ( 1013-1086 M)
Pada periode ini,
Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil dibawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif,
yang berpusat disuatu kota seperti Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang
terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam
Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Yang sangat disayangkan jika terjadi
perang saudara,diantara mereka ada yang meminta bantuan kepada raja-raja
Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam
itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengmbil
inisiatif penyerangan. Akibatnya, kekuatan Islam diketahui mulai menurun dan
tiba saatnya dihancurkan.[25]
5.
Periode Kelima ( 1086-1248 M )
Pada periode ini, Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa
Negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yaitu kekuasaan dinasti
Murabithun (1089-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). awalnya dinasti
ini sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara
Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaanyang berpusat di
Marakesy. Ia masuk ke spanyol atas
“undangan” penguasa-penguasa islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan
negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang keristen. Ia dan tentaranya
memasuki spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh
untuk menguasai spanyol dan ia berhasil untuk
itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja
yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berahir, baik di
Afrika Utara maupun di Spanyol dan
digantikan oleh dinasti muwahhidin pada masa dinasti murabithun, Saragossa
jatuk ke tangan Kriten ,tepatnya pada tahun 1118M.
Di Spanyo sendiri , sepeningalan
dinasti ini , pada mulanya muncul kambali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya
berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidin yang
berpusat di Afrika Utara merbut daerah ini. Muahhidin didirikan oleh Muhammad
ibn Tumart (w. 1124). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd Al-Mun’im. Antara tahun
1114 dan 1154 M, kota-kota Muslim penting, Cordova , Almeria dan Granada, jatuh
ke bawah kekuasaannya . Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak
kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi, tedak
lama seteleh itu, Muahhidin mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara
keristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kealahan-kealahan yang dialami Muahhidin menyebabkan
penguasaannyamemilih untuk meningalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara
tahun 1235 M. keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa
kecil. Dalam kondisi demikian, umat islam tidak mampu bertahan dari
serangan-serangan kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M cordova jatuh ke
tangan penguasa Kristen dan Seville
jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali
Granada lepas dari kekuasaan islam.[26]
6.
Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam berkuasa di Granada, dibawah dinasti Ahmar atau
Nasriyah (1232-1492 M). dinasti ini yang mendiriksn istana Al-Hamra yang sangat
indah di kota Granada. [27] Peradaban kembali maju seperti zaman
Abdurrahman an-Nashir atau Abdurrahman III. Dinasti ini merupakan dinasti
Islam terahir yang bertahan, namun dapat
berakhir karena perselisihan dalam pemerintahan Istana untuk memperebutkan
kekuasaan. Abdullah Muhamad tidak senang terhadap ayahnya karena tidak memilih
dirinya sebagi penggati dari ayahnya menjadi raja. Ia memberotak dan dalam
pemberontakan itu, ayahnya terbunuh, kemudian digantikan oleh Muhammad bin
Sa’ad.
Abdullah Muhammad meminta bantuan
pada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan kepemimpinan Muhammad bin Sa’ad.
Ferdinand dan Isabella dapat mengalahkan Muhammad bin Sa’ad sebagai penguasa
yang sah dan akhirnya Abdullah Muhammad naik tahta. Kedua penguasa Kristen ini
(Ferdinand dan Isabella) mepersatukan dua kerajaan besar Kristen, yaitu negeri
Aragon dan Castilia, melalui Pernikahan. Keduanya ingin merebut kekuasaan
terakhir Islam di Spanyol, hingga ia kalah dalam peperangan dan Abdullah
menyerahkan kekuasaan pada Ferdinand dan Isabella, kemudian ia hijrah ke Afrika
Utara. [28] Dengan begitu berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol tahun 1492 M. umat Islam setelah itu dihadapkan dua pilihan, masuk
Kristen (Baptis) atau pergi meninggalkan
Spanyol. Pada tahun 1609 M, dapat dikatakan tidak ada lagi umat Islam yang
berada di daerah ini. [29]
C.
Pengaruh Peradaban Islam di Eropa
Kemajuan Eropa yang berkembang hingga saat ini banyak berutang budi pada
Khazanah Ilmu Pengetahuan Islam yang berkembang pada periode Klasik. Memang
banyak sarana yang mempengaruhi Eropa, seperti hal nya Sicilia dan perang
Salib. Namun, sarana terpenting adalah Andalusia atau Spanyol. Orang-orang
Eropa harus menerima kenyataan bahwa Andalusia berada dibawah kekuasaan Islam,
jauh meninggalkan Negara-negara tetangganya Eropa. Terutama dalam bidang
pemikiran dan sains selain bangunan fisik. Terdapat pemikiran Ibnu Rusyd, ia
juga mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara memikat minat semua orang yang
berpikiran bebas.[30]
Pengaruh pemikiran Ibnu Rusyd berawal dari banyaknya pemuda Kristen yang
Eropa yang belajar di Universitas-universitas Islam di Andalusia, seperti
Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di
Andalusia, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya para Ilmuwan Muslim.
Setelah pulang menimba ilmu meeka pulang dan membangun sekolah dan Universitas.
Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris pada tahun 1231 M, tiga
puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd. [31]
Pada akhir zaman pertengahan
Eropa, baru berdiri 18 buah Universitas. Didalamnya diajarkan ilmu ilmu yang
ada di universitas Islam seperti Ilmu Kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat.
Adapun pemikiran Filsafat yang banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi,
Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Pengaruh Ilmu pengetahuan Islam terhadap Eropa,
telah berlangsung sejak abad ke-12 M yang menimbulkan kebangkitan kembali (Renaissance) Yunani di Eropa pada abad
ke-14 M yang bermula di Italia.
berkembangnya melalui terjemahan terjemahan Arab yang dipelajari, yang
kemudian diterjemhkan lagi kedalam bahasa latin. [32]
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan mengenai Islam dan
Peradabannya di Spanyol dapat disimpulkan bahwa:
1. Latar
belakang ekspansi Islam ke Spanyol didasari oleh semakin kuatnya Islam di
Afrika Utara sehingga perlu melakukan perluasan ke Semenanjung Iberia. Spanyol
adalah daerah terdekat dari Afrika Utara dan kerajaan Gothic yang menguasai
daerah itu sedang dalam kemunduran. Tiga tokoh penting yaitu Tharif bin Malik,
Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair telah melakukan ekspansi wilayah
kekuasaan pada waktu yang tepat. Kerjasama satu tim dan keterlibatan aktif
pemimpin pusat dan pelaksana lapangan telah memperoleh hasil maksimal dalam
perluasan Islam ke Spanyol.
2. Perkembangan
Islam di Spanyol berlangsung sekitar 800 tahun (8 abad) dan pernah mencapai
puncaknya saat kepemimpinan Abdurrahman III. Saat itu, Spanyol mengalami
kemajuan peradaban yang membahagiakan, terlebih dibidang Arsitektur.
3. Walaupun
akhirnya Islam harus keluar dari Spanyol, peradaban peninggalan Islam telah
membuat Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Pemikiran Filsafat seperti
pemikiran al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd, telah membawa Eropa menjadi
kawasan yang maju intelektualnya.
[1]
Thohir Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam
Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: PT Rajawali Pers,
2009), hal 84.
[2]
Firas Alkhateeb, Sejarah Islam yang
Hilang, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, September 2016), hal 156.
[3]
Munir Subarman, Sejarah Peradaban Islam
Klasik, (Cirebon: CV Pangger, Desember 2008), hal 117.
[4]
Abdul Waid, Menguak fakta Sejarah
Penemuan Sains & Teknologi Islam yang Diklaim Barat, (Yogyakarta:
Laksana, Januari 2014), hal 25.
[5]
Yayat Suryatna, Jurnal Tamaddun vol.2
No.02, (Cirebon:CV Pangger,Desember 2013), hal 194.
[6]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 88.
[7] Ibid, hal 88.
[8]
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan
Islam Periode Klasik abad VII-XII M, (Yogyakarta: IRCiSoD Januari 2017),
hal 262.
[9]
Ibid
[10]
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan
Islam Periode Klasik abad VII-XII M, (Yogyakarta: IRCiSoD Januari 2017),
hal 263.
[11] Ibid hal 263.
[12]
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,
(Bandung:Pustaka Setia, 2008), hal 115.
[13]
Yayat Suryatna, Jurnal Tamaddun vol.2
No.02, (Cirebon:CV Pangger,Desember 2013), hal 195.
[14] Ibid, hal 196.
[15]
Yayat Suryatna, Jurnal Tamaddun vol.2
No.02, (Cirebon:CV Pangger,Desember 2013), hal 195. (Syalabi, 1995, hal
159-160).
[16]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 90.
[17]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 91.
[18] Ibid, hal 93.
[19]
Yayat Suryatna, Jurnal Tamaddun vol.2
No.02, (Cirebon:CV Pangger,Desember 2013), hal 198.
[20] Ibid, hal 197.
[21]
Yayat Suryatna, Jurnal Tamaddun vol.2 No.02,
(Cirebon:CV Pangger,Desember 2013), hal 199.
[22]
Aah Syafa’ah, Sejarah Peradaban Islam, (Cirebon:
Nurjati Press, Nopember 2013), hal 114.
[23] Ibid, hal 200
[24]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 98.
[25] Yayat
Suryatna, Op.cit., hal 202.
[26]
Badri Yatim, Op.Cit, hal 99.
[27]
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam
Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, Mei 2010), hal 307.
[28]Ibid, hal 308.
[29]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 100.
[30]
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam
Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, Mei 2010), hal 316.
[31]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam II,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Maret 2013), hal 109.
[32]
Rizem Aizid, Op.Cit, hal 317.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar