Selasa, 02 Januari 2018

Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia dan Penyebarannya




ASAL USUL DAN PROSES PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
Dibuat untuk memenuhi tugas Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Dosen Pengampu: Aah Syafa’ah, M.Ag


Description: Logo IAIN SNJ CRB.jpg


Disusun oleh:
Ayu Maesyaroh     (1608301001)



JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2017/2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
        Indonesia merupakan Negara yang memiliki wilayah yang luas dan strategis. Selain itu juga memiliki kekayaan alam maupun budaya yang banyak. Banyaknya budaya di Indonesia tidak lepas dari pengaruh budaya asing yang sejak zaman dahulu telah menyebarkan budaya yang dibawanya saat melakukan kegiatan perdagangan dengan Indonesia atau Negara lainnya. Bukan hanya budaya, agama dan kepercayaan di Indonesia pun hasil dari pengaruh para pedagang luar. Karena posisi Indonesia yang strategis tersebutlah memudahkan Indonesia mendapat pengaruh-pengaruh dari luar.
       Sebagian besar mengatakan bahwa para pedagang arab yang menyiarkan agama Islam ke Indonesia. Tidak hanya itu, ada pula yang menjelaskan bahwa penyiar yang hanya berdakwah dan menyebarkan agama Islam di tengah-tengah penduduk. L. Van Rick Vorsel dalam bukunya yang diterjemahkan kedalam bahasa Melayu dengan nama Riwayat kepulauan Hindia Timur menyebutkan keterangan yang menunjukan bahwa orang-orang Arab pertama kali datang ke Sumatera 750 tahun sebelum kedatangan orang-orang Belanda. Ia mengatakan:
“ Telah datang pula ke negri ini orang-orang dari Arab. Mereka menamakan negri ini Lamiri tahun 846-950 M (239-322 H ). Para pedagang Muslim telah menyebarkan Islam di sana pada tahun 1292 M. Diduga pada saat itu agama Islam telah sampai ke Kerajaan Samudra Pasai.”[1]
       L.W.C Van den Berg dalam bukunya Le Hadramaut ed lest arabs en Indie mengatakan :
“ pengaruh yang nyata dalam penyiaran agama Islam adalah dari para Sayid Syarif. Dengan perantaraan mereka, Agama Islam tersebar diantara raja raja Hindu di Jawa dan lain lainnya. Selain dari mereka ini, ada juga suku suku Arab Hadramaut lainnya tetapi mereka tidak memiliki pengaruh (hasil) seperti tersebut. “[2]  
       Agama Islam yang berkembang di Indonesia diyakini berasal dari Timur Tengah atau wilayah Arab lainnya, atau dalam hal ini berasal dari wilayah Hadramaut di Yaman. Karena pedagang-pedagang dari wilayah tersebut yang secara langsung terlibat dalam penyebaran Islam di Indonesia. Para pedagang-pedagang tersebut menyebarkan agama Islam di Indonesia melalui jalur laut yang biasa dilakukan sejak zaman dahulu, yaitu dari Timur Tengah, India, dan kemudian Sumatra (Indonesia). Meskipun tahun kedatangan Islam di Indonesia tidak bisa dibuktikan secara pasti, namun adanya bukti-bukti peninggalan Islam seperti makam seorang tokoh Islam, telah mendukung bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sejak lama.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Asal-Usul Agama Islam di Indonesia?
2.      Bagaimana Proses Penyebaran Islam Hingga Dapat Masuk ke Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui Asal-Usul Agama Islam di Indonesia
2.      Untuk mengetahui Proses Penyebaran Islam Hingga Dapat Masuk ke Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN

       Islam telah masuk ke Nusantara sejak abad ke 7 M, namun baru berkembang pesat sekitar abad ke 13 M. Bangsa Arab, Persia dan Gujarat memainkan peran yang besar. Penyebarannya berjalan secara bertahap dan melalui beberapa saluran, seperti perdagangan, pendidikan, perkawinan, dakwah, ajaran tasawuf, dan kesenian.[3] Islam yang menyebar di Indonesia merupakan pengaruh Islam dari Timur Tengah dan Negara Arab lainnya. Dalam hal ini yaitu wilayah Hadramaut di Yaman.
       Islam yang menyebar di Indonesia diyakini berasal dari Timur Tengah atau Negara Arab lainnya (berasal dari wilayah Hadramaut di Yaman). Jalur yang mereka lakukan hampir sama dengan jalur perdagangan yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu (Hindu-Budha). Karena perjalanan yang mereka lakukan melalui jalur laut, maka mereka berhenti sejenak dibeberapa wilayah seperti India. Meskipun mayoritas penduduk India beragama Hindu, namun ada satu tempat disana yang mayoritas penduduknya beragama Islam, yaitu Gujarat, selain itu juga tidak dapat dipungkiri Islam yang ada di Indonesia telah mendapat pengaruh dari budaya India. Karena pedagang dari Timur Tengah berhenti terlebih dahulu di India sebelum akhirnya melanjutkan kembali perjalanannya.

2.1 Asal-Usul Agama Islam di Indonesia
       Islam yang menyebar di Indonesia diyakini dibawa oleh pedagang-pedagang dari Timur Tengah seperti Mekkah, Hadramaut di Yaman, Persia (Iran) dan lain sebagainya. Pada awal mula kedatangan orang-orang Arab dari wilayah Timur Tengah tersebut ke Indonesia, mereka tinggal di perkampungan-perkampungan Arab yang mereka buat di Indonesia. Kedatangan mereka hampir bersamaan dengan kedatangan bangsa India dan Cina. Tujuan utama mereka bukan hanya untuk berdagang, melainkan untuk menyebarkan ajaran Islam ke tempat-tempat baru yang mereka datangi.
         Setelah kepemimpinan khalifah Usman bin Affan berakhir, maka digantilah dengan kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib, namun pada masa itu mulai muncul perpecahan dikalangan umat Islam. Karena masalah itu pula lah banyak umat Islam yang hijrah, hijrah itu dilakukan ke daerah Hadramaut di Yaman. Dari situ lah muncul kabilah-kabilah besar di Hadramaut. Bangsa Arab yang berasal dari Hadramaut inilah yang dipercaya sebagai asal mula orang Arab yang menetap dan menyebar di Indonesia dan Negara-negara Asia lainnya. Selain itu juga keturunan Arab yang berasal dari wilayah lainnya seperti Mesir, Arab Saudi, dan Maroko namun jumahnya tidak sebanyak yang berasal dari Hadramaut.
       Kaum Arab Hadrami yang datang ke Nusantara sebelum abad ke-18 telah berasimilasi penuh dengan penduduk lokal. Sebagai produk asimilasinya, banyak anak keturunannya yang menggunakan nama-nama lokal daripada nama-nama Arab. Hal tersebut yang menyebabkan Kaum Arab Hadrami yang berimigrasi ke Nusantara sebelum abad ke-18 sulit diidentifikasi, kecuali mereka yang memang memiliki hubungan historis dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Sebagai contoh asimilasi antara Kaum Arab Hadrami dengan Pribumi-Nusantara adalah pernikahan antara Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan (Raja Champa 1471-1478) dengan Rara Santang (puteri Prabu Siliwangi) yang kemudian berputera Syarif Hidayatullah, dan menghasilkan anak keturunan dari Raja-raja Banten di ujung barat Pulau Jawa, umumnya mereka dapat diidentifikasi dengan gelar kebangsawanannya seperti Tubagus atau Ratu. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia. Dikutip pada hari Senin, tanggal 9 Oktober 2017, jam 15.40 WIB).
            Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang ada di Hadramaut sendiri sudah punah (seperti Basyeiban dan Haneman), namun di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak. Perkampungan Arab banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, misalnya di Jakarta (Pekojan), Bogor (Empang), Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya (Ampel), Gresik (Gapura), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman), Tegal (Kauman), Pekalongan (Sugihwaras), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman), Probolinggo (Diponegoro), Bondowoso, Palembang (Kampung Arab) dan Banjarmasin (Kampung Arab), serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota lainnya seperti Banda Aceh, Sigli, Medan, Lampung, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, Kupang, dan Papua. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia. Dikutip pada hari Senin, tanggal 9 Oktober 2017, jam 15.45 WIB).

2.2 Proses Penyebaran Islam Hingga Dapat Masuk ke Indonesia
          Di Aceh banyak sekali terdapat keturunan-keturunan Arab Hadramaut yang kemudian menjadi pemimpin-pemimpin kecil. Dalam sejarah negeri ini kita tidak mendapatkan seorang yang lebih ternama dan besar pribadinya dari sayid Abdurrahman bin Muhammad Az-Zahir sebelum pemberontakan melawan Belanda yang muncul di Aceh. Di kota ni terdapat empat orang Arab Sayid kelahiran Hadramaut, yang menjadi kepala kepala para orang Hindia yaitu dari keluaraga Shahabuddin, Basyaiban, al-Aydrus, dan al-Qadri, yang merupakan keturunan dari Alwi bin al-Muhajir Ahmad bin Isa (kepala kota Madinah) bin Muhammad (kepala kota Madinah) bin Ali al-Uraidhi, sampai akhir nasabnya yang telah diknal.[4]
Kedatangan bangsa Arab yang berasal dari Hadramaut (di Yaman) ke Indonesia diperkirakan terjadi dalam 3 gelombang:

1). Pada Abad ke 9-11 M

       Proses masuknya Islam sekitar abad ke 9-11 M ini melalui proes pernikahan salah satu kerajaan Islam di Indonesia dengan keturunan Rasulullah. Catatan sejarah tertua adalah berdirinya Kerajaan Peureulak di Aceh Timur pada tanggal 1 Muharram 225 H (840 M). Hanya 2 abad setelah Rasulullah wafat, salah seorang keturunannya yaitu Sayyid Ali bin Muhammad Dibaj bin Ja'far Shadiq hijrah ke Negeri Perlak. Ia kemudian menikah dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi dari Negeri tersebut. Dari pernikahan ini lahirlah Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah sebagai Raja pertama Kerajaan Peureulak (840 – 864). Catatan sejarah ini resmi dimiliki Majelis Ulama Kabupaten Aceh Timur dan dikuatkan dalam seminar sebagai makalah 'Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh' 10 Juli 1978 oleh (Alm.) Prof. Ali Hasyimi. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia. Dikutip
 pada hari Senin, tanggal 9 Oktober 2017, jam 15.50 WIB). Melaui proses pernikahan tersebut, Islam mulai menyebar luas dikalangan masyarakat Indonesia khususnya wilayah Aceh.

2). Pada Abad ke 12-15 M

       Hampir sama dengan abad ke 9-11 M, Islam yang datang ke Indonesia disebarkan melalui jalur pernikahan. Namun bukan hanya pernikahan saja, karena tujuan utama mereka datang ke Indonesia adalah ingin berdakwah atau menyebarkan ajaran Islam ke penduduk Indonesia. Masa ini disebut juga masa kedatangan para datuk dari Walisongo, yang mempeloporinya adalah keluarga besar Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini dari Gujarat (India) dan masih keturunan Syekh Muhammad Shahib Mirbath dari Hadramaut di Yaman. Ia besama putra-putranya berdakwah jauh ke seluruh pelosok Asia Tenggara hingga Indonesia dengan strategi utama menyebarluaskan Islam melalui pernikahan dengan penduduk setempat yang utamanya dari kalangan bangsawan Kerajaan Hindu.

3). Pada Abad ke 17-19 M

       Abad ini disebut juga sebagai gelombang terakhir penyebaran Islam dari Hadramaut di Yaman. Ciriya ditandai dengan hijrahnya para Alawiyyin Hadramaut yang menyebarkan Islam sambil berdagang di Indonesia. Kaum pendatang terakhir tidak banyak melakukan perkawinan campuran dengan penduduk pribumi sehingga perbedaan ciri fisik mereka bisa dilihat dengan jelas. Selain itu juga ciri yang dapat dilihat adalah melalui marganya.
       Dalam catatan sejarah Hadramaut, marga tertua adalah as-Saqqaf (Assegaf) yang menjadi gelar bagi Syekh Abdurrahman bin Muhammad al-Mauladdawilah setelah ia wafat pada 731 H atau abad 14 - 15 M. Biasanya nama marga tersebut diambil dari gelar seorang ulama setempat yang sangat dihormati. Bahkan menurut catatan Rabithah Alawiyah, setidaknya ada sekitar 1,2 juta orang Arab-Indonesia yang ‘berhak’ menyandang sebutan Habib. Mereka memiliki nenek moyang yang berasal dari Yaman, khususnya Hadramaut. Habib di kalangan Arab-Indonesia adalah gelar bangsawan Timur Tengah yang secara khusus dinisbatkan terhadap keturunan Nabi Muhammad SAW melalui Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia. Dikutip pada hari Senin, tanggal 9 Oktober 2017, jam 15.55 WIB).

Mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888 M

       Pada tahun 1870 Terusan Suez mulai dibuka, sehingga kapal dari Eropa ke Timur termasuk Hindia Belanda bisa langsung melalui Suez. Kemudian pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara mulai dibangun tahun 1877 secara modern. Selanjutnya Koninklijke Paketvaart Maatschappij, sebuah perusahaan pelayaran Belanda dioperasikan tahun 1888 dengan rute Eropa - Hindia Belanda, sehingga memungkinkan orang-orang Marga Arab Hadramaut atau Arab Mesir datang ke Hindia Belanda, dan berangsur-angsur mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888 terjadi migrasi orang Arab dan Mesir ke Hindia Belanda. Mereka tidak membawa keluarga, karena sesuai tradisi Arab, bahwa wanita tidak boleh bepergian apalagi sejauh ke Hindia Belanda naik kapal berhari-hari. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia. Dikutip pada hari Senin, tanggal 9 Oktober 2017, jam 15.55 WIB).








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
       Islam telah masuk ke Nusantara sejak abad ke 7 M, namun baru berkembang pesat sekitar abad ke 13 M. Bangsa Arab, Persia dan Gujarat memainkan peran yang besar. Penyebarannya berjalan secara bertahap dan melalui beberapa saluran, seperti perdagangan, pendidikan, perkawinan, dakwah, ajaran tasawuf, dan kesenian. Islam yang menyebar di Indonesia merupakan pengaruh Islam dari Timur Tengah dan Negara Arab lainnya. Dalam hal ini yaitu wilayah Hadramaut di Yaman.
       Islam yang menyebar di Indonesia diyakini dibawa oleh pedagang-pedagang dari Timur Tengah seperti Mekkah, Hadramaut di Yaman, Persia (Iran) dan lain sebagainya. Pada awal mula kedatangan orang-orang Arab dari wilayah Timur Tengah tersebut ke Indonesia, mereka tinggal di perkampungan-perkampungan Arab yang mereka buat di Indonesia. Kedatangan mereka hampir bersamaan dengan kedatangan bangsa India dan Cina. Tujuan utama mereka bukan hanya untuk berdagang, melainkan untuk menyebarkan ajaran Islam ke tempat-tempat baru yang mereka datangi.
       Proses masuknya Islam yang dibawa bangsa Arab dari wilayah Hadramaut di Yaman awal mulanya berasal dari perkawinan campuran, namun semakin lama proses penyebarannya bukan hanya dari perkawinan, melainkan sengaja untuk berdakwa ke wilayah Indonesia. Selama di Indonesia mereka berdagang dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk pribumi. Sehingga ciri asli bangsa Arab Hadramaut lebih terlihat dibanding zaman dahulu, karena mereka tidak melakukan perkawinan campuran.


[1] Al-Habib Alwi bin Thahir al-Haddad., Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh ., (Jakarta :PT  Lentera Basritama )., hlm 210.
[2] Al-Habib Alwi bin Thahir al-Haddad., Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh ., (Jakarta :PT  Lentera Basritama )., hlm 210.
[3] Ratna H, M Adil. Sejarah Indonesia Jilid 1. (Jakarta: Erlangga, 2012), hal 252
[4] Al-Habib Alwi bin Thahir al-Haddad., Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh ., (Jakarta :PT  Lentera Basritama )., hlm 208.